Senin, Maret 16, 2009

Grebek Maulud

Gerebeg maulud adalah sebuah akulturasi dari sebuah ritual agama dengan ritual budaya. Kenapa saya sebut demikian, karena pada dasarnya gerebeg maulud itu dilaksanakan untuk memperingati maulud Nabi Muhammad SAW. Namun pada pelaksanaan melibatkan berbagai macam pernak-pernik budaya, seperti melibatkan pembakaran kemenyan, melibatkan berbagai macam prosesi dan sesaji.

Ditengah-tengah jaman modern seperti ini, ternyata masih saja ada orang-orang yang percaya dengan berkah dalem(berkah dari raja). Ya, berkah yang didapat dari barang-barang yang udah mambu keraton, istilah jawanya. Keraton masih saja dianggap sebagai sebuah institusi yang bertuah, yang mampu menghadirkan segala keberuntungan dan juga tolak bala. Saya masih tidak habis pikir dengan ribuan orang yang rela berdesakan ditengah terik matahari demi merebutkan barang2 sepele yang sebenarnya bisa kita dapatkan semua di pasar-pasar terdekat. Tapi ya itulah keunikan orang jawa, masih mempertahan kan budaya ditengah serbuan arus modernisasi, dan saya bangga juga menjadi bagian dari masyarakat seperti ini, meski kadang saya masih mengedepankan rasionalitas saya untuk hal-hal yang tidak masuk akal semacam berebut berkah dalem semacam itu.

Sekaten


Sekaten merupakan upacara pendahuluan dari peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. tahun ini sekaten dimulai pada tanggal 23 februari sampai 31 Maret 2007 yang menurut kalender tahun 2007 adalah hari kelahiran Nabi Muhammad. selain untuk memperingati hari kelahiran Muhammad SAW, sekaten juga digunakan oleh Raja/Sultan untuk berkomunikasi dengan rakyatnya dan untuk mensyukuri berkah kepada Tuhan. oleh karena itu sekaten juga bisa disebut dengan Pesta Rakyat.

Pasar Malam Sekaten merupakan ajang wisata lokal yang keberadaannya sangat ditunggu-tunggu oleh masyarakat Yogya dan Solo.

biasanya satu minggu sebelum acara penutupan, gamelan kanjeng kyai gunturmadu dan kanjeng kyai nogowilogo dikeluarkan dari tempat penyimpanannya di sri manganti untuk ditempatkan di bangsal ponconiti lalu dipindahkan ke halaman masjid agung dengan iring-iringan abdi dalem untuk dibunyikan setiap hari kecuali hari jumat. syarat lainnya yaitu untuk makan sirih alias nginang yang dipercaya akan membuat awet muda, telor merah alias telor abang sebagai lambang dari kehidupan, ada juga sego gurih (nasi uduk) yang dimaknai sebagai permohonan agar panenannya yang akan datang berhasil, lalu ada juga pecut (cambuk) yang diartikan harus berusaha.

pada penutupan upacara sekaten, gamelan akan ditarik kembali ke dalam keraton dengan iringan abdi dalem. sebagai klimaks dari sekaten yaitu "grebegan". dimana akan ada 4 "gunungan" yang akan dibagikan untuk rakyat yang dipercaya membawa berkah.

saya sendiri, tepat jam 9 malam bersama crew andong ditambah mas gendhot menuju ke masjid gede untuk melihat prosesi penarikan kembali kedua gamelan dari halaman masjid ke keraton. namun sampai disana ternyata prosesi acara pengajian yang merupakan sebagai pendahuluan belum selesai. namun menurut info yang didapat, acara tersebut akan mulai tepat pukul 11 malam.

sambil menunggu sempat pula saya mencicip "nginang", "telor abang" dan mendengarkan gamelan.
pada penutupan sekaten malam kemarin, hanya 4 pasukan yang akan mengiringi ditambah para abdi dalem. 4 pasukan tersebut yaitu pasukan wirobrojo, langenastro, mantrijero dan prawirotomo dengan seragam yang berbeda-beda.

tapi sayang, justru pada saat puncak acara saya tidak bisa mengambil gambar dikarenakan baterai habis dan saya tidak membawa baterai cadangan. padahal saya berjalan didepan para prajurit yang membawa gamelan sampai ke keraton.

keesokan harinya, tepat jam 8 saya sudah bersama dengan komunitas andong pergi ke masjid gedhe untuk mengikuti prosesi Grebeg Maulud yang menandakan sebagai klimaks dari sekaten. sampai disana ternyata sudah banyak warga yang datang dan menunggu.baik didalam komplek masjid maupun diluar masjid. padahal acara dari grebeg sendiri akan dimulai pukul 10 siang.

pada akhir prosesi akan muncul 4 gunungan (Gunungan Kakung, Estri, Gepak dan Pawuhan), dimana gunungan tersebut dibawa dari keraton dan akan menjadi rebutan warga. namun sebelumnya 1 gulungan (kakung) dibawa ke daerah pakualaman dengan iringan pengawal gajah dan pasukan lain untuk diperebutkan masyarakat. yang 3 lagi akan dibawa ke masjid gedhe sebagai persembahan untuk rakyat yogyakarta. ada mitos yang mengatakan bahwa ketika mendapatkan gunungan tersebut keberkahan akan datang ke diri kita. makanya orang-orang yang melalap berkah sampai rela mengais-ngais sisa dari gunungan yang tidak terambil.

jauh sebelum acara "inti" aparat setempat sudah mewanti-wanti masyarakat yang berjubel dan berdesak-desakan untuk tertib. bahkan sudah diperingatkan agar memperebutkan gunungannya setelah selesai dilakukan doa. namun saat Gunungan memasuki masjid gedhe masyarakat sudah meringsek untuk maju. padahal keberadaan gunungan tersebut masih diluar komplek masjid.
tetapi yang terjadi malah diluar kendali, sebelum doa usai warga sudah memperebutkan Gunungan tersebut untuk mengalap berkah.